Book Review: Konstelasi Rindu by Farah Hidayati

Standard

20140714-111127-40287780.jpgPerlu saya akui sejak awal bahwa saya punya semacam hubungan pribadi dengan kisah dan karakter dalam buku ini. Belum lagi kenyataan bahwa buku ini ditulis oleh salah satu teman baik—garis miring—unofficial writing mentor saya. 

But I assure you, saya nggak akan menulis ulasan yang berbuih-buih bin tendensius..hehe.

Jadi ceritanya, buku Konstelasi Rindu ini berasal dari embrio naskah yang dulu diprakarsai oleh Farah dan digarap bersama saya, Vicky, Firman dan Pandhu—rekan-rekan alumni kampus Arsitektur Universitas Gadjah Mada. Long story short; setelah mengalami berbagai hiatus, kendala, dan penolakan; naskah tersebut akhirnya diterima di pangkuan penerbit Gramedia dengan Farah Hidayati sebagai penulis tunggal. 

And I must say Farah melakukan banyak perombakan serta memelintir banyak plot dan konflik dalam naskah baru ini, mengemasnya dengan wajah dan jiwa baru. (Jauh berbeda dengan naskah embrio kami yang rentan penolakan dulu, hahaha).

Tokoh-tokoh yang kami berlima usung dulu masih hidup, namun dengan karakter yang lebih berwarna dan lebih menarik. Rindu, Bening, Djo, Langit, Saras, dan Sherin adalah enam mahasiswa baru di kampus Arsitektur sebuah universitas di Jogja. Sejak awal, Farah telah berhasil membuat perkenalan yang seru untuk mereka berenam. Rindu yang cuek dan jatuh cinta pada Eiffel Tower, Bening yang gaul dan setia, Djo yang kocak dan sensitif, Langit yang introvert dan berbakat menggambar, Saras yang girly dan Sherin yang rajinnya agak di luar kewarasan.

Namun yang tidak Farah buka sekaligus sejak awal adalah bahwa keenam tokoh tersebut memiliki rahasia dan impian di luar perjuangan sehari-hari mereka dalam mengumpulkan tugas sketsa, meminjam rapido teman saat bokek, dan berebut buku referensi di perpustakaan.

Tak semua mahasiswa Arsitektur tersebut punya cita-cita segamblang menjadi arsitek. Pun novel ini tidak sekadar bercerita tentang arsitektur. Rindu memilih kuliah di Jogja agar dekat dengan mamanya yang sedang sakit, meskipun itu berarti membohongi abahnya. Djo diam-diam punya pekerjaan sampingan yang enggan ia ceritakan ke sahabat-sahabatnya. Sementara Langit tampak lebih tertarik pada hobinya daripada kuliah. 

Dan ada banyak lagi permasalahan anak muda yang sedang mencari jati dirinya di novel ini. Selain itu, tentu saja, ada persahabatan dan kisah cinta yang tak pernah ketinggalan membumbui kehidupan para mahasiswa. The interesting bits and facts about Architecture in this book are bonus for those of you interested in becoming an architect!

Sesuai judulnya, dapat ditebak jika sentral kisah ini adalah tokoh Rindu. Tetapi Farah berhasil menganyam karakter-karakter lain beserta hubungannya dengan Rindu dengan begitu runtut dan rinci, mereka menjadi sama menariknya seperti Rindu.

Dan kabar gembiranya adalah Farah sedang mempersiapkan sekuel dari Konstelasi Rindu yang bisa diintip nukilannya di halaman terakhir. So, I’m hoping to read more about the life and love of Rindu, Bening, Djo, Langit, Saras, and Sherin!

 

NB: Embrio naskah yang saya bilang tadi tetap kami terbitkan independen dengan judul Montase. Ini dia ulasannya.

 

4 responses »

  1. Aww thanks for the review Shita. … Whatever happen with our ancient manuscript (999, mozaik, montase, the archie) i learn a lot about writing in the process. Secara mikro byk perubahan adalah hasil ngobrol sama editor Hetih. Aaah book 2… *kembali ke gua pertapaan

  2. Eeh kamu follow sarah dessen gak? Penulis YA. Bbrp waktu lalu dia posting tumblr/twitter tentang berapa banyak naskah novelnya yang udah jd kemudian di tolak oleh agen & editor ya. Lalu ken merasa masih sayang sama karakter yang dia tulis, dia ambil salah satu karakter yang ada di novel lama itu lalu di tulis cerita baru…. Thats just part of the process every writer (and theirs characters ) should come through i guess… (Btw. Sarah dessen pernah jadi dosen creative writing di universitas somewhere di Us lho… Sblm memilih resign dan fulltime nulis )

Leave a comment